Pagi ini, seperti biasa, saya disibukkan dengan rutinitas mengantar sekolah Thia, Ariq, dan Arza. Pukul 5.50 kami sudah harus berangkat dari rumah. Kalau telat sedikit saja, apalagi telat hingga pukul 6 lebih ... wah, bisa dipastikan mereka akan terlambat tiba di sekolah. Untungnya sekolah mereka berada dalam satu area kompleks di UNJ (Universitas Negeri Jakarta) Rawamangun. Thia bersekolah di SMP Labschool Jakarta, sementara Ariq dan Arza di SD Islam At-Taqwa. Walau berada dalam satu kompleks, pintu masuk kedua sekolah tersebut bertolak belakang. Sekolah Thia masuk melalui Jln. Pemuda, sementara sekolah Ariq dan Arza masuk melalui Jln. Sunan Giri. Kedua jalan tersebut ramai, terutama di jam-jam sibuk. Jarak tempuh yang hanya 5 menit, bisa menjadi setengah jam, bahkan lebih bila sedang padat. Jangankan bergerak lancar, untuk merayap pun sulit. Lebih cepat berjalan kaki dibanding menggunakan kendaraan, terutama mobil. Maka dari itu, sering saya meminta Thia untuk berjalan kaki ke sekolah adik-adiknya saat pulang sekolah, ketimbang saya menjemputnya di sekolahnya.
Setelah tugas mengantar sekolah selesai, apalagi bila tidak ada kegiatan di sekolah Thia atau sekolah Ariq dan Arza, saya biasanya langsung pulang. Memang, saya paling malas untuk menunggu di sekolah seharian, hanya mengobrol dan jalan-jalan ke sana kemari dengan ibu-ibu. Bukan apa-apa, pekerjaan di rumah sudah menunggu untuk segera dibereskan. Saya tidak punya asisten yang membantu untuk mengerjakan semuanya. Pekerjaan rumah bisa keteteran kalau saya tinggal di sekolah seharian.
Nah, pagi ini, dalam perjalanan pulang saya mampir ke tempat pengisian bensin. Indikator bensin di mobil saya sudah menunjukkan tanda "strip dua". Saya tidak mau kejadian seperti beberapa waktu yang lalu. Saya menunda-nuda mengisi bensin, hingga akhirnya indikator bensin menunjukkan tanda "strip satu" dan berkedip-kedip. Itu artinya bensin hampir habis. Whoaaa ... pada saat itu saya panik. Dari rumah menuju tempat pengisian bensin lumayan jauh. Tapi untuk menuju ke sana, saya terjebak macet. Sepanjang jalan saya berdoa ... paling tidak, kalau harus mogok, mogoklah di dekat tempat pengisian bensin. Alhamdulillah doa saya dikabulkan. Saya selamat hingga tempat pengisian bensin tanpa mogok. Semenjak itu, saya kapok untuk menunda-nunda mengisi bensin. :D
Beres! Tangki bensin sudah terisi penuh. Saya pun melajukan mobil menuju rumah. Sampai di rumah, saat hendak membuka gembok pagar, saya lihat di teras rumah ada sebuah paket tergeletak di dekat kursi. Wah, pasti dari Penerbit Mizan! Saya sudah hafal dengan bentuk dan bungkusan paketnya. Hehehe ....
Segera saya membuka gembok pagar. Pintu pagar belum saya buka semua. Saya langsung mengambil paket tersebut. Benar tebakan saya, kan? Paket dari Penerbit Mizan! Tapi, tumben ... kok, tipis, ya? Biasanya tebal, karena isinya bukti terbit atau bukti cetak ulang buku-buku Thia, ditambah bukti terbit editan saya (kalau ada). :D
Setelah dibuka, taraaa ... isinya dua buku bukti terbit editan saya, yaitu satu buku COOKIDZ MAGICAL WHITE CHOCOCERI karya Laksita dan satu buku KKPK ANNABELLE NEW SCHOOL karya Tania. Ternyata tidak hanya itu. Di dalamnya terselip sebuah amplop, yang setelah saya buka isinya adalah ... Surat Perjanjian Penerbitan buku KKPK LITTLE BALLERINA 3 SINGAPORE CHAMPIONSHIP karya putri saya, Thia. Alhamdulillah. ^_^
Tak sabar rasanya untuk menunggu waktu pulang sekolah dan memberitahukannya kepada Thia. Pasti Thia senang. Hm, jangankan Thia ... saya, mamanya saja sangat senang. Rasa senang saya dalam melihat prestasi Thia melebihi rasa senang saya terhadap prestasi diri sendiri. ^_^
Luv you, Mbak Thia ....
Mama akan selalu berada bersama Mbak Thia untuk mendukung Mbak Thia.
Selalu dan selamanya .... ^_^
Catatan:
Postingan ini ditulis setelah rumah dalam keadaan bersih.
Sekarang waktunya berkarya. *lirik naskah editan yang sudah menunggu* ^_^