Mengikuti pelatihan menulis, sudah. Seringkali malah. Pelatihan mendongeng dan editing pun, juga sudah. Sekarang tinggal menulis ... menulis ... dan menulis ....
Tapi apakah cukup itu saja?
Selama ini, setelah buku-bukuku terbit, maka yang kulakukan adalah promosi dengan talkshow di radio maupun di hadapan audience di mal atau suatu instansi perusahaan. Pfiuuuh ... deg-degan juga rasanya harus berbicara di hadapan orang banyak. Selalu saja tanganku dingin dan berkeringat sebelum acara dimulai. Aku senantiasa tidak percaya diri membayangkan apa yang akan kujalani selama acara berlangsung. Padahal, ketika masih kuliah, hingga beberapa tahun ke depan, berbicara di hadapan orang banyak sudah menjadi kegiatan harianku. Aku dulu pernah bekerja sebagai asisten dosen, hingga menjadi dosen di salah satu universitas swasta di Depok, Jawa Barat. Bahkan karenanya, universitas tempatku mengajar memberi beasiswa full jenjang S2 untuk menunjang profesiku sebagai dosen.
|
Bedah buku Jumpalitan Menjadi Ibu di MEDCO bersama mbak Sari Meutia |
|
Bedah buku Jumpalitan Menjadi Ibu di BLU Plaza, Bekasi, bersama Haya Aliya Zaki |
|
Talkshow buku Princess Hoshiko bersama mbak Indah Juli |
Itu cerita masa lalu. Sekarang, lain lagi ceritanya. Berdiri di hadapan audience, membuat lemas sekujur tubuhku. Padahal, begitu acara berlangsung, semua ketakutan dan kegugupanku hilang. Tetapi, setelah selesai acara, aku akan menghipnotis diriku agar terserang 'amnesia'. Dalam arti, aku tidak ingin mengingat-ingat lagi semuanya, yang penting acara sukses!
Hadeeeh ... ini bukan cara yang baik, kan?
Tidak hanya itu, aku sering kali mendampingi putriku
Thia dalam kegiatan roadshow ke sekolah-sekolah untuk promosi buku-buku seri
Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK) dari Penerbit Mizan. Kenyataannya di lapangan, sekolah-sekolah yang kami kunjungi tidak hanya menginginkan roadshow promo buku saja. Mereka juga menginginkan nilai tambah berupa kegiatan pelatihan menulis singkat untuk diberikan kepada murid-muridnya. Terus terang, setiap kali aku hanya bisa tersenyum mendengar permintaan dari Kepala Sekolah dan guru-guru di sekolah yang kami kunjungi tersebut. Apa daya, aku tidak bisa berbuat banyak. Aku tidak mungkin tiba-tiba latah untuk maju ke depan dengan sok tahu untuk memberikan pelatihan menulis. Walaupun sekiranya aku bisa sharing pengalamanku dan Thia saat menulis. Terlebih lagi, aku tidak ingin melangkahi prosedur yang diberikan oleh penerbit. Untuk itu, semua yang terjadi di lapangan, aku laporkan kepada pihak penerbit untuk diberikan solusinya. Alhamdulillah, dalam beberapa kali roadshow, akhirnya ada pelatihan menulis yang disampaikan oleh wakil dari penerbit. Selebihnya, hanya berupa roadshow saja tanpa pelatihanan. Bisa dimaklumi, jarak dan kesibukan, menjadi kendala bagi para trainer penulisan dari pihak penerbit.
Hm, seandainya .... aku pede. Seandainya juga ... aku diberikan izin untuk mengisi kekosongan tersebut. Aaaw ... sepertinya ini akan jadi resolusiku di tahun 2012. Aamiin ... *senyum manis ke penerbit*
Segala sesuatu InsyaAllah ada jalan keluarnya. Tiba-tiba saja mbak
Indah Juli, menawarkan untuk mengikuti pelatihan Writer For Trainers dengan trainer bapak
Benny Rhamdani. Pesertanya pilihan. Wow, tentu saja aku tidak menolak tawarannya. Lupakan dulu impianku unruk mengisi kekosongan pelatihan menulis di sekolah-sekolah saat mendampingi Thia roadshow. Yang terpenting sekarang belajar dulu jadi trainer yang baik. Belajar pede lagi, belajar menyiapkan materi, belajar menguasai audience, dan belajar membuat suasana pelatihan menjadi menyenangkan.
Tanpa melihat jadwal kegiatan Thia, akupun langsung DAFTAR.
Ow ow ... ternyata pada hari itu, aku harus mengantar Thia ke Bandung untuk kegiatan SANLAT MQ DAARUT TAUHID. Sementara itu, 2 hari sebelumnya Thia mengikuti kegiatan Pelatihan Komik KKPK di Depok.
Yihaaa ... bingung ngatur jadwalnya. Kesempatan tidak akan datang dua kali kan?
Putar otak dan akhirnya kuputuskan, setelah selesai Pelatihan Komik KKPK, aku dan Thia langsung menuju Bandung. Pagi-pagi, aku menyerahkan Thia kepada Panitia SANLAT dan langsung meluncur dengan travel ke Bekasi. Tepatnya ke Rumah Makan BUMBU DESA, Bekasi Cyber Park.
Wuih, seperti yang kubayangkan. Selain bertemu dengan trainer kami bapak
Benny Rhamdani, aku juga bertemu dengan 17 orang penulis beken yang karyanya sudah malang melintang di mana-mana. Mereka datang dari berbagai kota dengan penuh perjuangan plus pengorbanan. Jadi, perjuanganku untuk ikut pelatihan ini pun masih tidak seberapa dibandingkan mereka. Kami medapatkan banyak sekali ilmu untuk menjadi seorang trainer yang baik. Tidak hanya itu, semua hasil pelatihan di follow up dalam grup rahasia di Facebook.
Kini, pasukan Writer for Trainers siap beraksi.
Sudah siap semua? Yuhuuu ... Ahik!
|
Pasukan Writer for Triners: Iwok Abqary, Rezky Dayan, Sokat Rahman, Firmanawati Sutan, Haya Aliya Zaki, Erna Fitrini, Shinta Handini, Wylvera Windayana, Ratih Soe, Nelfi Syafrina, Indah Julianti S, Beby Haryanti Dewi, Fitria Chakrawati, Nunik Utami, Dewi Ichen Cendika, Dyah P. Rini, Erlina Ayu, Achi TM, dan Benny Rhamdani |
|
Chibiiiii ... Ahik! |
|
Kelas sebelum di mulai. Masih ceriaaa ... |