Kamis, 25 Juni 2015

[Editan Saya] KKPK Monster Mochi

BUKU EDITAN KE-73

Judul: Monster Mochi
Penulis: Kidung
Ilustrator: Sepvess
Editor: Yulia Nurul Irawan dan Shinta Handini
Penerbit: DAR! Mizan
Tebal: 112 halaman

Sinopsis:
Mochi buatan Cici enaaak! Banyak pelanggan yang pesan, termasuk Baba Mugo. Nah, ada satu rahasia tentang kue mochi saat Cici mengantar kue buatannya itu kepada Baba Mugo. Katanya, kalau Cici membuat kue mochi gosong, Cici akan bertemu dengan Monster Mochi. Seperti apa, ya, Monster Mochi itu? Apakah bentuknya bulat seperti kue mochi? Lalu, dia baik atau jahat, ya? Cici jadi penasaran. Dia sangat ingin bertemu dengan Monster Mochi. Yuk, baca ceritanya! Jangan lupa baca cerpen-cerpen lainnya. Semua ceritanya seru!

Minggu, 21 Juni 2015

[Buku Thia] Komik Fantasteen Unfinished Story

BUKU THIA KE-37

Judul: Unfinished Story
Penulis: Muthia Fadhila Khairunnisa, Asri Kamila, Diana Sari, Caroline Aretha, Saffana Nur
Komikus: Mustafa Kamal dan Dhang Ayupratomo
Editor: Ahmad Mahdi Shahab
Penerbit: DAR! Mizan
Tebal: 104 halaman

Sinopsis:
Aku diminta membantu temanku untuk mengajarinya menulis. Dia menulis tentang cerita horor, yang pemeran utamanya adalah cewek remaja. Saat sampai di bagian yang paling menyeramkan, aku baru sadar, kalau aku adalah pemeran utama dalam novelnya.

Sabtu, 20 Juni 2015

[Editan Saya] KKPK Gadis Kecil di Ujung Pulau

BUKU EDITAN KE-72

Judul: Gadis Kecil di Ujung Pulau
Penulis: Fayanna
Ilustrator: Sepvess
Editor: Yulia Nurul Irawan dan Shinta Handini
Penerbit: DAR! Mizan
Tebal: 104 halaman

Sinopsis:
Aletha, Atqiya, dan Syamil membuka pintunya bersama. Tetapi ... DUAAAR ...! Pintu tertutup kembali. Mereka langsung saling berpelukan. Jantung mereka berdetak kencang karena ketakutan. Tiba-tiba, seseorang datang sambil membawa kantong besar. Entah apa isinya. Aduuuh ... bagaimana, ya? Siapa dia? Apakah ada hubungannya dengan gadis kecil yang Aletha temui di dekat homestay, di pulau kecil dekat tempat snorkeling, di Pulau Kana waktu mau melihat sunset, dan ketika bersepeda ke Pantai Pasir Perawan? Mengapa gadis kecil itu terlihat sangat misterius? Hiiiy ... seram! Tapi, Aletha jadi penasaran dan ingin menyelidikinya. Ingin tahu hasil penyelidikan Aletha? Baca ceritanya yang seru dan menegangkan di buku ini, yuk!

Rabu, 17 Juni 2015

Marhaban Ya Ramadhan


Selama berinteraksi dan silaturahim
Kesalahan tak luput terkirim
Sikap terkadang menjadi lalim
Perkataan pun sering terasa zalim

Menjelang datangnya Ramadhan karim
Hati berkunjung untuk salim
Kepada sahabat di mana pun bermukim
Mohon dimaafkan dengan penuh takzim


Shinta Handini
dan keluarga


Senin, 08 Juni 2015

Jalannya Memang Harus Begitu


Kemarin, aku mendengar curhat dari seorang sahabat. Tidak perlu kuceritakan di sini isi curhatnya. Semua yang dia ceritakan, habis di aku. Tidak boleh dan tidak ingin aku share. ^_^

Tapi, aku jadi teringat saat 21 tahun yang lalu. Waktu itu, aku baru menginjak kuliah semester ketiga. Aku kuliah di Depok dan kos di dekat kampus. Tiba-tiba ada berita dari Mama kalau Papa resign dari kantornya. Keputusan yang Mama dukung sepenuhnya, padahal Papa belum dapat pekerjaan di tempat lain. Ada alasan yang sangat kuat, yang membuat Papa mengambil keputusan seperti itu, sesuatu yang bertentangan dengan prinsip Papa, termasuk ada yang berusaha menjegal kariernya. Mengingat usia Papa dan jabatan terakhir Papa yang cukup tinggi, tidak akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan lain. Namun, Papa tetap gigih untuk melamar bekerja ke perusahaan lain.

Hampir setahun, Papa berusaha melamar pekerjaan ke kantor-kantor, tapi tidak juga berhasil. Sementara, tabungan Mama dan Papa semakin menipis. Walaupun Mama juga bekerja sebagai asiten apoteker, namun gajinya tidak bisa mencukupi kebutuhan kami sekeluarga, terutama biaya kuliahku dan adik laki-lakiku, serta biaya sekolah adik perempuanku.

Alhamdulillah ada jalan dari Allah Swt. buatku untuk meringankan beban Mama dan Papa. Menginjak semester kelima, aku bekerja sebagai asisten laboratorium di kampusku. Semester ketujuh, aku melamar menjadi dosen untuk jurusan D3 dan diterima. Ya, walaupun honornya tidak begitu besar, tapi bisa sedikit mengurangi kiriman Mama dan Papa kepadaku tiap bulannya.

Semenjak bekerja, aku jadi jarang pulang. Kegiatan di laboratorium kampusku, sangat penuh jadwalnya, hingga Sabtu dan Minggu pun sering digunakan. Hingga suatu hari, akhirnya aku bisa pulang juga.

Di rumah, aku mengobrol sama Mama dan Papa. Mama bercerita kalau sudah sebulan menyambi dagang dendeng, abon, dan keripik tempe. Saat Mama bercerita, aku memperhatikan ekspresinya. Tidak ada ekspresi mengeluh darinya. Mama justru merasa bersyukur, dari hasil dagangannya itu ada tambahan pemasukan. Semua dagangan itu diambil langsung dari Solo. Setiap dua minggu sekali, Papa ke Solo dengan menggunakan kereta api ekonomi. Berarti sudah dua kali Papa bolak-balik ke Solo. Sama halnya dengan Mama, Papa pun tidak mengeluh. Bagi Papa, yang penting usahanya itu halal dan bisa terus menafkahi keluarga.

Ada kalimat yang sangat membekas di hatiku saat mengobrol dengan Papa. Beliau bilang,
“Papa dulu selalu berdoa, minta diberi jalan agar bisa semakin dekat sama Allah. Doa Papa dikabulkan. Inilah jalan Allah. Dengan Papa tidak bekerja lagi di kantor, Papa jadi banyak waktu untuk selalu dekat sama Allah. Papa jadi bisa shalat lima waktu di masjid, itikaf di masjid, dan ikut pengajian bapak-bapak. Coba kalau Allah membiarkan Papa bekerja lagi, pasti Papa masih jarang ke masjid.”
Masya Allah. Aku terenyak saat itu. Papa begitu ikhlas, juga Mama. Mereka tidak mengangap kalau Allah sedang memberi cobaan kepada mereka. Tapi mereka menganggap itu jalan Allah dan jawaban atas doa-doa Papa selama ini. Bahkan Papa tidak dendam kepada siapa pun, termasuk orang yang tidak suka kepadanya hingga membuat Papa mengambil keputusan keluar dari kantor. Papa bilang kalau mereka adalah perantara sehingga doa-doa Papa terkabul. Jalannya memang harus begitu. Ikhlas saja. Hati akan jadi tenang.

Dari Mama dan Papa, aku banyak belajar. Belajar untuk berbaik sangka kepada Allah dan belajar untuk ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya. Aku ingin bisa tegar, sabar, dan kuat seperti mereka.

Sambil menulis, aku memutar sebuah lagu berulang kali. Lagu penguat hatiku saat aku merasa kurang bersyukur atas nikmat Allah Swt, seperti saat ini.
Astaghfirullahl ‘adzim ….
Astaghfirullahl ‘adzim ….
Astaghfirullahl ‘adzim …. :’(


Sabtu, 06 Juni 2015

Penulis Hebat Itu ....


Saat masih anak-anak, kita sering ditanya, “Apa, sih, cita-citanya?”
Bisa ditebak, pasti banyak yang menjawab ingin menjadi insinyur, dokter, polisi, atau pilot. Tidak heran, karena hanya itu contoh-contoh profesi yang menjanjikan dan diinginkan oleh orangtua kita. Berbeda dengan di zaman sekarang. Anak-anak apabila ditanya cita-citanya, maka akan beragam profesi yang menjadi jawaban mereka. Ada yang ingin menjadi pembalap, penyanyi, pemain sinetron, pesulap, bahkan ingin menjadi ustaz/ustazah. Semua itu karena banyaknya kesempatan dan kompetisi yang membuat passion, bakat, atau hobi mereka tersalurkan, hingga menjadi profesi. Contohnya kompetisi Indonesian Idol, X Faxtor, DAI AKSI, dan lain-lain.

Begitu juga dengan MENULIS. Kini, menulis juga bisa menjadi sebuah profesi, bahkan profesi yang menjanjikan. Siapa yang tidak kenal dengan JK. Rowling atau Andrea Hirata? JK. Rowling dengan bukunya Harry Potter dan Andrea Hirata dengan bukunya Laskar Pelangi adalah contoh-contoh PENULIS HEBAT. Dari hasil penjualan buku-bukunya, mereka menjadi terkenal dan kaya raya. Buku-buku mereka terjual hingga jutaan copy dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa di dunia. Otomatis, royalti yang mereka terima, sangat banyak. Tidak hanya itu, karya mereka itu pun diangkat ke layar lebar. Bertambah lagilah pundi-pundi kekayaan mereka.


Akibat pesona dari kesuksesan para penulis hebat tersebut, sekarang banyak sekali grup-grup menulis di sosial media yang mengajarkan tentang “menulis”. Anggotanya banyak hingga ribuan orang. Pelatihan-pelatihan menulis pun menjamur dan dibanjiri oleh banyak peserta. Jadi tidak heran, kenapa sekarang banyak orang yang ingin menjadi penulis? Ya, itu dia, karena menulis bisa menjadi sebuah profesi, bahkan profesi yang menjanjikan. Ada contoh dari penulis-penulis sukses dan hebat yang mereka ikuti. Mereka pun ingin sukses seperti para penulis idolanya.

Jangan salah, lho! Sebetulnya, hampir semua profesi membutuhkan keahlian menulis. Saya ambil contoh, dokter. Saat sakit dan pergi ke rumah sakit, kita akan diperiksa oleh dokter. Setelah melakukan pemeriksaan dengan teliti, dokter akan melakukan diagnosis penyakit kita agar dapat memberikan pengobatan dengan tepat. Lalu, apakah cukup seperti itu? Tentu saja tidak! Dokter akan menuliskan catatannya dalam file “riwayat penyakit” kita, semua hasil pemeriksaan, diagnosis, dan pengobatan yang diberikannya. Gunanya apabila sewaktu-waktu kita sakit dan kembali lagi ke dokter, maka dokter yang memeriksa akan tahu riwayat penyakit kita berikut pengobatannya. Berdasarkan catatan tersebut, dokter bisa melakukan tindakan yang tepat. Itu salah satu contoh profesi yang bukan penulis namun juga membutuhkan keahlian menulis.

Jadi, sebetulnya, menjadi penulis atau bukan penulis, kita harus mempunyai keahlian menulis. Apalagi jika ingin menjadi seorang trainer seperti di Akademi Trainer ini. Sudah pasti keahlian menulis sangat diperlukan. Ditambah lagi apabila trainer tersebut menulis dan menerbitkan buku berdasarkan keilmuan dari materi-materi training yang disampaikannya. Bisa dipastikan profesi trainer yang dijalaninya akan mendapat nilai tambah.

Lalu, apa yang harus dilakukan agar “bisa” menulis? Yang pertama tentu saja dengan banyak MEMBACA. Ada salah satu quote dari seorang penulis buku terkenal dari Amerika, yaitu Dr. Seuss. Beliau mengatakan,
“Semakin banyak Anda membaca, semakin banyak hal yang Anda ketahui. Semakin banyak yang Anda pelajari, lebih banyak tempat yang Anda jelajahi.”
Seorang dokter harus terus belajar mempelajari berbagai macam penyakit dan pengobatannya. Salah satu caranya, tentu dengan banyak membaca buku yang berkaitan dengan ilmu kedokteran.

Apalagi seorang penulis. Untuk menjadi seorang penulis hebat, membaca adalah wajib hukumnya. Sebenarnya, banyak penulis buku fiksi yang belum pernah menjelajahi tempat-tempat yang dituliskannya dalam bukunya. Walaupun begitu, penulis tersebut dapat menuliskannya dengan baik seolah-olah dia pernah ke sana. Semua karena dia banyak membaca. Sebelum menulis, dia melakukan riset untuk bahan tulisannya tersebut. Dia membaca segala hal yang berkaitan dengan cerita yang hendak ditulisnya.

Kemudian, bagaimana caranya agar bisa menulis seperti para penulis hebat yang sukses dan terkenal itu? Tidak hanya diperlukan banyak membaca. Untuk menjadi penulis yang hebat, tentu saja harus MENULIS. Nah, agar tulisannya bagus dan dimengerti oleh pembaca, menulis harus dilatih setiap hari. Ibarat mata pisau yang tumpul, apabila diasah terus menerus, maka pisau itu akan tajam. Awalnya, menulis tidak perlu panjang-panjang. Ceritakan saja pengalaman kita sehari-hari agar kita terlatih menulis. Semakin sering menulis, maka kita akan semakin mahir.

Setelah itu, bagaimana caranya agar naskah cerita yang telah ditulis bisa diterbitkan? Tentu saja dengan BERANI mengirimkannya ke penerbit.
Saya sering mendengar curhatan teman-teman saya yang ingin menjadi penulis. Mereka ingin menjadi penulis, tapi tidak berani mengirimkan naskah ceritanya ke penerbit. Alasan yang paling utama adalah takut ditolak. Alasan lainnya banyak, seperti karena takut tulisannya jelek atau takut tulisannya ditertawakan. Mereka sudah menyerah duluan, kalah sebelum berperang. Padahal, sebelum buku Harry Potter menjadi best seller dan dicetak berulang kali, JK. Rowling telah ditolak sebanyak 14 kali oleh penerbit.

Terus, bagaimana kita bisa menjadi penulis kalau dihantui rasa ketakutan seperti itu? Ketakutan-ketakutan tersebut harus dihilangkan. Caranya bisa diawali dengan memperlihatkan kepada seorang teman untuk membaca dan menilainya. Bisa juga dengan mempostingnya di blog. Para pembaca yang mampir ke blog kita, mungkin akan memberikan komentar. Bila tidak ada yang memberikan komentar, setidaknya kita telah berhasil membuang rasa ketakutan-ketakutan kita itu. Kita telah berhasil memperlihatkan tulisan kita kepada orang lain untuk dibaca dengan risiko dikritik.

Jadi, untuk menjadi seorang penulis, selain harus banyak MEMBACA dan berlatih MENULIS setiap hari, tentu saja harus BERANI mengirimkan naskah ceritanya kepada penerbit.
Terus, terus, dan terus lakukan itu. Karena semua PENULIS HEBAT melakukan hal tersebut. Insya Allah dengan ikhtiar terus menerus, Allah Swt akan meridhai. Kita pun bisa sukses seperti mereka. Aamiin. ^_^


Catatan:
Ditulis sebagai tugas mengikuti Wanna Be Trainer (WBT) bimbingan Pak Jamil Azzaini dari Akademi Trainer

Sumber:
http://trainerlaris.com/profiles/blogs/penulis-hebat-itu