Ah, cerita ini harusnya ditulis bulan lalu, karena peristiwanya udah bulan lalu. Sebulan lebih malah. Tapi ya gini ini, deh! Tetap dengan alasan yang sama: menunda. Ntar ... ntar ... ntar! Udah kayak nembakin peluru karet aja ke dinding. Bunyinya berisik, pelurunya pun mental hilang entah ke mana. Mesti dicari dulu sampai ketemu. Baru, deh, punya bekal buat nembakin lagi. Ntar ... ntar ... ntar! Begitu berulang kali. Terus, kapan nulisnya? Ya, baru sekarang ini. Ampun, dah! :D
Ya, ceritanya ... lebaran tahun ini, Thia dapat parsel lagi dari Penerbit Mizan. Kalau kartu lebaran, sih, udah pasti semua relasi dari Penerbit Mizan, termasuk penulis dan editor, dapat. Saya juga dapat kartu lebarannya. Bedanya sama Thia, saya cuma dapat kartu lebaran. Enggak dapat parselnya. Berarti, kan, prestasi Thia diakui lebih daripada saya oleh Penerbit Mizan. Hahaha ... enggak apa-apa. Malah senang, kok! Anak memang harus lebih baik daripada orangtuanya. Iya, kan? Benar, kan? Hihihi ... ngeles aja. :D
Nah, kalau tahun lalu Thia dapat parsel boneka, sekotak permen, dan sekotak cokelat, yang sedikit pun saya enggak cicip, karena semuanya diabisin Thia. Tahun ini, Thia dapat parsel tiga stoples kue kering. Wuiiih ... pucuk dicinta ulam tiba. Ini, nih, peribahasa yang artinya secara suka-suka saya adalah ... rezeki banget, dah! Hahaha .... Masalahnya, tahun ini saya sama sekali enggak pesan kue lebaran. Soalnya kami sekeluarga mudik ke Tangerang, ke rumah orangtua saya untuk berlebaran bersama. Niatnya, sih, memang untuk menyerbu kue lebaran yang ada di sana. Hihihi .... Btw, jauh banget, ya, mudiknya? Saking jauhnya, kami sampai ditolak oleh jasa kereta api dan pesawat terbang. Karena kalau kami nekat menggunakannya, maka kami harus rela turun menggunakan parasut. Terjun bebaaas ...! :D
Oh, ya, waktu terima parsel dan kartu lebaran untuk Thia, saya sempat bingung. Ini yang kasih siapa, ya? Kalau tahun lalu, kan, Mbak Windu Darlina menjelaskan kalau Thia adalah salah satu penulis dari beberapa penulis terpilih karena prestasinya yang diapresiasi oleh lini anak untuk dikirimi parsel. Waktu itu saya manggut-manggut, karena usia Thia memang masih di KKPK. Kalau tahun ini, kan, Thia udah enggak di usia KKPK. Thia udah masuk usia lini remaja, di Pink Berry dan Fantasteen. Di lini remaja ini Thia baru berkarya satu buku Fantasteen. Tapi tebakan saya, sih, memang dari lini remaja. Karena enggak mungkin dari lini anak lagi. Untuk memastikannya, saya langsung bbm Mbak Windu. Nah benar, kan, tebakan saya. Alhamdulillah. Terima kasih buat Kak Benny Rhamdhany beserta seluruh staf di lini remaja yang telah mengapresiasi Thia sedemikian besar. Alhamdulillah. :)