Terhitung dari Januari 2018 hingga Juli 2019, putriku Muthia Fadhila Khairunnisa, yang biasa dipanggil Thia, telah mengunjungi enam negara dalam rangka mengikuti tujuh kegiatan yang berbeda untuk mewakili Indonesia. Total tujuh negara yang telah Thia kunjungi berkat LITERASI, yaitu Amerika Serikat, Philipina, Korea Selatan, Turki, Singapore, Inggris, dan Thailand. TUJUH NEGARA dalam DELAPAN KEGIATAN sebagai delegasi Indonesia, yang tentu saja mewakili Indonesia. Semuanya GRATIS, tidak berbayar karena ditanggung oleh pihak penyelenggara atau mendapat sponsor.
Menumbuhkan Naluri Kecintaan Terhadap Buku
Kesukaanku membaca sejak kecil, membuatku ingin menularkannya kepada anak-anakku kelak. Aku ingin mereka mendapatkan sensasi kegembiraan, saat tenggelam dalam buku-buku yang dibaca. Tak kalah penting, aku ingin mengajarkan akhlak dan budi pekerti melalui contoh-contoh cerita dalam aneka buku. Terbayang dalam ingatanku, aku selalu terpesona, serta jadi mengerti mana yang baik dan mana yang buruk dari karakter tokoh-tokoh cerita yang kubaca. Untuk itu, ketika hamil, aku mengoleksi banyak buku cerita anak. Setiap saat, sambil mengelus-elus perutku, aku membacakan cerita-ceritanya. Aku ingin menularkan naluri kecintaanku terhadap buku kepada calon bayiku. Terlepas nantinya saat dewasa akan menjadi apa, aku hanya ingin nantinya dia senang membaca buku dan menjadikan buku sebagai sahabat setianya.
Thia bercerita tentang buku-buku yang dibacanya saat menjadi
bintang tamu di Kabar Siang TV-One, 12 Juni 2010.
Pada 14 Januari 2001, lahirlah bayi yang kunanti. Muthia Fadhila Khairunnisa, panggilannya Thia. Sejak Thia lahir, kebersamaan kami dengan buku semakin bertambah. Buku-buku yang kukoleksi buat Thia pun makin beragam. Bahannya tidak hanya yang terbuat dari kertas, tapi juga dari plastik dan kain. Saat Thia mandi, buku-bukunya yang terbuat dari plastik ikut mandi. Saat Thia bermain, giliran buku-buku dari kain yang menemani. Sementara buku-buku berbahan kertas, kubacakan dan kuperlihatkan gambarnya saat menyusui atau menidurkannya.
Aku juga membuat aneka kartu dan poster bergambar yang kutempel di dinding. Thia sangat suka bermain tebak-tebakan dengan menunjuk kartu-kartu atau poster-poster itu. Berkat bermain-main tersebut, tanpa sadar, Thia bisa membaca tanpa diajari secara khusus. Thia lancar membaca saat umur 3,5 tahun. Waktu itu, Thia sudah bersekolah di TK-A dan menjadi murid terkecil serta satu-satunya murid yang sudah lancar membaca. Selanjutnya, Thia lebih suka membaca sendiri buku-bukunya. Sering Thia berimprovisasi, berimajinasi dengan mengarang sendiri ceritanya berdasarkan gambar-gambar di dalam buku. Thia menjadi langganan juara lomba story telling di sekolah. Prestasi terbaik Thia saat TK adalah ketika menjadi juara kedua lomba baca puisi tingkat kecamatan. Lagi-lagi Thia menjadi peserta terkecil, tapi suaranya lantang dan sangat ekspresif.
Minta Dibuatkan Blog Sendiri
Setelah TK, Thia melanjutkan ke SD yang sama. Di sana ada peraturan yang sangat bagus dan sangat kusuka, yaitu murid-murid kelas 1 tidak diberikan PR. Sebagai gantinya, dalam satu minggu, mereka diminta membaca satu buku cerita bergambar, lalu menuliskan kembali ceritanya dengan bahasa sendiri. Tujuannya agar anak-anak semakin lancar membaca, sekaligus belajar memahami ceritanya. Namun, kegiatan ini tidak dipaksakan. Ada anak yang mau membaca, tapi tidak mau menuliskannya. Guru pun memintanya untuk menceritakan kembali di depan kelas secara lisan.
Nah, bagi Thia, kegiatan ini sangat mengasyikkan. Dalam seminggu, Thia bisa membaca dan menuliskannya kembali dengan bahasanya sendiri sebanyak lima buku. Akibatnya, koleksi buku di rumah selalu kurang bagi Thia. Setiap kali, Thia minta ke toko buku untuk membeli buku. Tapi dalam sekejap, buku-buku yang dibeli pun habis dibacanya.
Thia bercerita tentang awal menulis buku saat menjadi
bintang tamu di Kick Andy Metro-TV, 1 September 2017.
Selain suka membaca, aku juga suka menulis diary. Ketika muncul aneka blog untuk mengekspresikan tulisan, maka diary-ku ikut pindah ke blog. Thia pun ikut-ikutan menulis di blog. Kubiarkan Thia mengisi blogku. Cerita-cerita tentang kegiatannya di sekolah mengalir di sana. Sehari tidak hanya satu cerita, tapi bisa beberapa cerita. Lama-lama, Thia minta dibuatkan blog sendiri. Setelah kubuatkan, Thia pun makin rajin menulis. Setiap kali pulang sekolah dan selesai makan siang, Thia langsung menulis aneka cerita di blognya.
Blog pertama Thia yang dibuat saat Thia kelas 2 SD (6 tahun).
Perkembangan bacaan Thia semakin meningkat. Setiap kali ke toko buku, Thia mulai memilih majalah atau novel anak. Bersamaan dengan itu, Thia mengenal seri buku anak yang ditulis oleh anak-anak seumurannya, usia SD 7-12 tahun. Thia pun berkeinginan membuat ceritanya sendiri seperti para penulis cilik itu. Satu cerpen pertama yang berhasil ditulis Thia di blognya berjudul, “Cheseecake is Yummy”. Cerpen ini ditulis berdasarkan imajinasi Thia tentang seorang anak yang merayakan ulang tahun di kebun dan mendapat hadiah cheesecake kesukaannya.
Saling Support dalam Berkarya
Kegemaran Thia menulis, membuatku ingin menantangnya ikut lomba menulis. Saat itu, majalah anak terkenal langganan Thia mengadakan lomba karya tulis. Thia dengan senang hati menyambut tantanganku. Tak disangka, dari ribuan karya tulis yang masuk, tulisan Thia berjudul "Life Skill Memasak di Sekolahku" berhasil lolos. Thia pun berhak mengikuti kegiatan Konferensi Anak Indonesia 2009 sebagai delegasi DKI Jakarta. Lagi-lagi Thia menjadi delegasi termuda berusia 8 tahun, kelas 4 SD. Bersyukur Thia anak yang supel dan pemberani. Tak ada hambatan baginya untuk berkegiatan bersama 35 delegasi lainnya dari seluruh Indonesia, pada 25-30 Oktober 2009.
Pulang dari kegiatan Konferensi Anak Indonesia 2009, pada 8 November 2009, Thia langsung mengikuti Konferensi Penulis Cilik Indonesia 2009. Syarat keikutsertaannya adalah mengirimkan satu naskah cerita anak. Sungguh tak disangka, berkat hobinya membaca dan menulis, dalam waktu yang berdekatan, Thia berhasil mengikuti dua kegiatan berskala nasional.
Melihat hobi menulis Thia yang ternyata serius dan sangat dinikmatinya itu, aku merasa harus membekali Thia dengan teori menulis yang baik dan benar. Saat liburan sekolah Desember 2009, Thia mengikuti pelatihan menulis yang diselenggarakan sebuah penerbit buku. Ternyata, sepuluh cerpen terpilih akan diterbitkan, termasuk cerpen Thia yang berjudul "Ladang Arloji". Bersamaan datang kabar bahagia lain, kumpulan cerpen Thia yang diikutsertakan sebagai syarat mengikuti Konferensi Penulis Cilik Indonesia 2009 lolos kualifikasi dan akan diterbitkan juga. Kedua buku Thia itu terbit dan beredar di toko buku, empat bulan kemudian, tepatnya pada April 2010.
Thia bercerita tentang keinginannya menjadi penulis cilik saat menjadi
bintang tamu di Hitam Putih Trans7, 24 September 2014.
"Mama! Mama jangan cuma bisa support aku bikin buku, dong! Mama juga harus bikin buku kayak aku. Mama pasti bisa, deh! Aku aja bisa," tiba-tiba suatu hari Thia berkata seperti itu.
Aku kaget, tersentil, sekaligus gembira karena Thia perhatian juga dengan hobi menulisku. Dalam hati, aku tertawa geli. Sungguh, teorinya mudah. Menulis, mengirimkan karya ke penerbit, lalu terbit bukunya. Tapi tentu tidak semudah itu. Namun, tiba-tiba seorang sahabat baik menawariku ikut menulis dalam buku tentang jungkir baliknya kehidupan seorang wanita yang sudah berumah tangga. Dengan segera kutulis ceritaku dan kukirimkan kepadanya. Tidak hanya itu, seorang editor penerbit buku juga menawariku menulis dua cerita anak. Beliau menawariku setelah membaca tulisan-tulisanku di blogku. Katanya, tulisanku mengalir dan enak dibaca, masyaallah. Beliau memberikan contoh tulisannya, sekaligus membimbingku untuk bisa menuliskan cerita berdasarkan imajinasiku dengan rambu-rambu yang telah ditetapkannya.
Akhirnya, tiga buku pertamaku terbit. Semenjak itu, aku dan Thia saling support untuk terus menulis dan menerbitkan buku. Kami berlomba-lomba dalam berkarya. Saling membaca, mengoreksi, dan memberi masukan agar tulisan kami menjadi lebih baik lagi. Kami sebagai penulis, sekaligus sebagai editor cerita kami, sebelum karya-karya tulisan kami dikirim ke penerbit.
|
Kiri: tiga buku pertama karya Thia. Kanan: tiga buku pertama karyaku. |
Bonus Gemar Membaca dan Menulis
Sejak buku pertamanya terbit, Thia pun diminta untuk mengisi workshop menulis ke sekolah-sekolah. Thia berbagi cerita tentang proses kreatif menulis, sekaligus menceritakan pengalamannya menerbitkan buku. Thia selalu menyampaikan manfaat dari membaca, menulis, dan menjadi penulis. Thia pun memberikan tips dan trik menulis ala Thia. Thia ingin teman-temannya mendapatkan manfaat seperti yang selama ini dirasakannya. Moto hidup Thia "
The happiest moment is when you can share your happiness with others" diimplementasikannya dengan senang berbagi segala hal yang dia punya, termasuk berbagi ilmu tentang menulis melalui workshop menulis, maupun sebagai narasumber di media cetak dan televisi.
Walau sudah menjadi penulis dan sering mendapat bonus menjadi narasumber workshop menulis, Thia tidak pernah berhenti belajar menulis. Semenjak berhasil mengikuti Konferensi Anak 2009 dan Konferensi Penulis Cilik 2009, berturut-turut Thia lolos mengikuti kegiatan Konferensi Penulis Cilik 2010, Konferensi Penulis Cilik 2011, dan Konferensi Penulis Cilik 2012 yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bonus tambahannya, Thia mendapatkan penghargaan sebagai
Penulis Cilik Terbaik 2011 dan
Penulis Cilik Terproduktif 2012.
Membaca, menulis, dan berkegiatan merupakan kegemaran Thia. Kolaborasi ketiganya mengantarkan Thia lolos seleksi menulis surat hingga mengikuti Writing Camp 2016, serta lolos menulis puisi hingga mengikuti Akademi Remaja Kreatif Indonesia 2017. Tak hanya itu, Thia bersama dua orang temannya diutus sekolah untuk mengikuti lomba film pendek pada Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2016 yang diselenggarakan oleh Kemendikbud. Dalam kegiatan ini, Thia menjadi pemain sekaligus penulis skenario. Thia dan kedua temannya berhasil meraih juara pertama tingkat walikota Jakarta Timur dan mendapat juara kedua tingkat propinsi DKI Jakarta. Hasil dari belajar menulis skenario dengan bonus dua kemenangan, membuat Thia dan timnya kecanduan membuat film pendek. Lagi-lagi mereka selalu mendapatkan juara.
Thia bercerita tentang awal menulis skenario film pendek saat menjadi
bintang tamu di Kick Andy Metro-TV, 1 September 2017.
Sebagai anak yang aktif berkegiatan dan senang berkenalan dengan teman-teman baru, Thia selalu mencari informasi tentang kegiatan-kegiatan yang bisa diikutinya. Biasanya, salah satu persyaratan seleksinya adalah membuat tulisan berbentuk esai. Di sinilah Thia mendapatkan manfaat lain dari kebiasaannya membaca dan menulis. Berkat karya esai yang ditulisnya, Thia berhasil lolos mengikuti berbagai kegiatan tingkat nasional yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pemerintahan dan non pemerintahan secara gratis. Sebut saja kegiatan Forum Pelajar Indonesia 2016, Duta HAM 2016, Indonesia Student Unite 2017, dan Parleman Remaja 2017.
Kemudian datang kesempatan untuk mengikuti kegiatan tingkat internasional, yaitu Harvard Model United Nations (HMUN), merupakan simulasi kegiatan sidang PBB yang diselenggarakan di Boston, Amerika Serikat. Kembali salah satu persyaratan seleksinyaa adalah mengirimkan esai sesuai tema yang telah ditetapkan. Singkat cerita, Thia berhasil lolos. Tapi kegiatan ini harus menggunakan biaya sendiri. Alhamdulillah, beberapa bulan sebelumnya, Thia terpilih sebagai salah satu penerima
Pin Emas Anugerah Kebudayaan 2016 kategori Anak dan Remaja. Thia terpilih sebagai penulis produktif dan penggiat literasi. Selain mendapat pin emas dan sertifikat, Thia juga mendapat sejumlah uang sebagai hadiahnya. Dengan menggunakan hadiah uang tersebut, Thia berangkat ke Boston, Amerika Serikat, guna mengikuti Harvard Model United Nations (HMUN) yang diselenggarakan pada Januari 2017. Dari pengalaman inilah Thia kecanduan mengikuti kegiatan-kegiatan lain di luar negeri. Tentu saja, Thia mengincar kegiatan-kegiatan yang gratis.
Thia saat menjadi delegasi HMUN 2017 di Boston, Amerika Serikat.
Thia bercerita tentang kegiatannya di Harvard Model United Natiins (HMUN) 2017,
saat menjadi bintang tamu di Kick Andy Metro-TV, 1 September 2017.
Keliling Dunia Gratis Berkat Literasi
Tekad Thia mengikuti berbagai kegiatan ke luar negeri betul-betul dilaksanakannya. Thia membidik kegiatan-kegiatan yang sesuai minatnya, namun gratis. Seleksinya, selain melampirkan CV (Curriculum Vitae), juga membuat tulisan esai dalam bahasa Inggris. Ada juga yang menambahkan persyaratan membuat rekaman video dalam bahasa Inggris. Dilanjutkan dengan wawancara menggunakan bahasa Inggris. Nah, dari sekian banyak seleksi yang diikuti Thia, ada yang lolos dan ada yang tidak lolos. Semua diterima Thia sebagai dinamika berkompetisi.
Setelah mengikuti Harvard Model United Nations (HMUN) di Boston, Amerika Serikat, kegiatan-kegiatan ke luar negeri yang berhasil Thia ikuti secara gratis adalah:
- Menjadi delegasi 5TH ASIA PACIFIC YOUTH EXCHANGE 2018 dan berhak mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Urban Youth Academy dan Asian Development Bank di Manila dan Quezon, Filipina, 9-20 Januari 2018.
- Menjadi delegasi BUSAN INTERNATIONAL KIDS AND YOUTH FILM FESTIVAL 2018 dan berhak mengikuti Busan International Youth Film Camp di Busan, Korea Selatan, 11-18 Juli 2018.
- Menjadi delegasi UNIVERSAL KIDS FILM FESTIVAL 2018 di Istanbul, Turki, 20-24 September 2018.
- Menjadi delegasi ASEAN UNIVERSITY STUDENT COUNCIL UNION (AUSCU) mewakili Indonesia dan Universitas Padjajaran di Singapore, 14-17 Desember 2018.
- Menjadi delegasi The DICE (Developing Inclusive and Creative Economics) Young Storymakers Programme di London, 17-24 Mei 2019. Merupakan kegiatan kerjasama antara British Council dengan Pioneers Post.
- Menjadi delegasi ASEAN Intergovermental Commission on Human Rights (AICHR) Interregional Dialogue on Business and Human Rights bersama Menteri Luar Negeri RI, Ibu Retno Marsudi, di Bangkok, Thailand, 9-12 Juni 2019.
- Menjadi delegasi Indonesia dalam NUS Enterprise Summer Programme on Entrepreneurship di Singapore, 14-27 Juli 2019. Kegiatan ini didanai secara penuh olehTemasek Foundation International Singapore bekerja sama dengan National University of Singapore (NUS).
Atas, Ki-Ka: APYE (Philipina), AUSCU (Singapore)
Tengah, Ki-Ka: BIKY (Korea Selatan), UKFF (Turki), NUS (Singapore)
Bawah, Ki-Ka: DICE (Inggris), AICHR (Thailand).
Total tujuh negara yang telah Thia kunjungi berkat Literasi, yaitu Amerika Serikat, Philipina, Korea Selatan, Turki, Singapore, Inggris, dan Thailand. TUJUH NEGARA dalam DELAPAN KEGIATAN sebagai delegasi Indonesia, yang tentu saja mewakili Indonesia.
Semua pencapaian itu berkat
kecakapan literasi yang dimiliki Thia sejak kecil.
- Kecakapan membaca dengan baik, sehingga paham akan bacaan.
- Kecakapan menulis yang dituangkan dalam beragam jenis tulisan, terutama esai.
Berkat kecakapan literasi yang dimilikinya itu, Thia juga berhasil masuk ke dalam berbagai organisasai dan komunitas yang sesuai dengan bakat dan minatnya, serta aktif di sana. Saat ini, Thia tercatat sebagai Dewan Etik Persatuan Penulis Indonesia (SATUPENA) dan sebagai Dewan Penasihat Muda Plan International Indonesia. Thia juga menjadi kontributor Pioneers Post, media cetak dan online Inggris yang memberitakan tentang kewirausahaan sosial dari seluruh dunia.
Bonus lain, selain memperoleh beberapa penghargaan tingkat nasional seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Thia pun memperoleh penghargaan
Internasional Diana Awards 2018 dari The Diana Award, Diana Foundation, London, Inggris, sebagai orang muda inspiratif dunia atas konsistensinya sejak umur 9 tahun menularkan gemar membaca dan menulis dengan berkarya dan mengajarkannya. Kemudian Thia juga mendapatkan penghargaan
International Young Superheroes 2018 dari Plan Ungdom, Plan International Norway, Norwagia, sebagai aktivis muda Development Goals (SDGs) yang bergerak dalam perlindungan hak anak dan wanita.
Terlepas dari semua prestasi yang diraih di bidang literasi dan organisasi, Thia pun berhasil mempertahankan prestasinya di bangku sekolah, dan kini di bangku kuliah. Baru-baru ini, Thia memperoleh penghargaan Mahasiswa Berprestasi Fakultas FISIP, Universitas Padjajaran.
Keluarga Menjadi Awal Gerakan Literasi Nasional
Ternyata manfaat dari literasi, terutama kecakapan membaca dan menulis itu sangat luar biasa. Tidak hanya sebagai media hiburan, tapi juga bisa menambah pengetahuan dan wawasan akan banyak hal. Bahkan bisa keliling dunia dengan gratis.
Merujuk kepada pengalamanku di atas, berliterasi haruslah dimulai dari keluarga, dari rumah. Dari pengalamanku berliterasi di dalam keluarga, maka dapat kurangkum sebagai berikut:
- Orangtua harus menjadi contoh berliterasi dalam keluarga. Bila ingin anak-anaknya suka membaca buku, maka orangtua harus membaca buku. Demikian pula bila ingin anak-anaknya suka menulis, maka orangtua pun harus menulis.
- Membiasakan anak-anak bercengkerama dengan buku sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membacakan buku setiap saat.
- Sering mengajak anak-anak ke toko buku atau perpustakaan agar terbiasa melihat buku, sekaligus merangsang mereka untuk mau membaca buku.
- Memenuhi tiap sudut rumah dengan buku-buku agar anak-anak terbiasa dan tertarik melihat buku, kemudian mau membacanya.
- Membuat perpustakaan kecil di rumah yang berisi aneka ragam buku, termasuk buku-buku yang menjadi kesukaan tiap anggota keluarga.
- Memberikan perhatian dan support kepada anak-anak yang memiliki ketertarikan lebih di bidang literasi. Misalkan dengan membuatkan blog, membantu mengetikkan tulisan yang sudah dibuat, bahkan berusaha menyalurkan karya-karya anak untuk dapat diterbitkan.
- Melakukan investasi masa depan bagi anak di bidang literasi dengan memberikan kesempatan mengikuti berbagai pelatihan dan kegiatan literasi. Misalkan dengan mengikuti pelatihan menulis atau masuk ke dalam komunitas literasi.
- Memberikan apresiasi dan pujian tiap kali anak-anak melakukan praktik baik berliterasi. Misalkan saat anak berhasil menyelesaikan buku yang dibacanya atau setelah menceritakan pengalamannya di sekolah.
- Membiasakan untuk memberi buku-buku sebagai hadiah kepada anak-anak atas berbagai prestasi yang telah mereka raih.
- Memahami bahwa tiap anak mempunyai tingkat ketertarikan yang berbeda dalam bidang literasi, sehingga dibutuhkan kreativitas orangtua untuk dapat memancing mereka mau berliterasi. Misalkan terhadap anak-anak yang suka bermain games, maka orangtua bisa memancing mereka mau membaca dengan kompensesi memperbolehkan mereka bermain games selam 15 menit.
- Melakukan gerakan membaca buku bersama bagi seluruh anggota keluarga. Pada saat itu, tiap anggota keluarga membaca buku yang mereka inginkan, lalu menceritakannya kembali di hadapan semuanya.
- Bekerjasama dengan guru-guru di sekolah agar praktik baik berliterasi di rumah bisa sejalan dan selaras dengan di sekolah. Misalkan guru memberikan tugas kepada anak-anak untuk membaca buku cerita, lalu menceritakannya kembali dengan menuliskannya ke dalam buku tulis. Orangtua membantu anak-anak mencarikan buku-buku tersebut dan turut mendampingi mereka dalam menyelesaikan tugasnya.
|
Tiga lemari buku berisi koleksi buku-buku di perpustakaan kami, Perpustakaan Fadhila. |
Referensi:
- Pengalaman pribadiku.
- Blog putriku, Muthia Fadhila Khairunnisa (Thia).
- Video-videoku di Youtube, Shinta Handini.
- Video Kick Andy Metro-TV dalam Membuka Jendela Dunia 1.
- Video Kick Andy Metro-TV dalam Membuka Jendela Dunia 2.
- Video Kick Andy Metro-TV dalam Membuka Jendela Dunia 6.