Rabu, 26 September 2012

[Tulisan Saya] Princess Amira dan Wayang Dongeng

Cerita Pendek


Princess Amira dan Wayang Dongeng
Shinta Handini

Princess Amira adalah putri kerajaan Yaqutah. Ia adalah seorang gadis yang cantik dan dermawan. Princess Amira senang menolong orang yang kesusahan. Seluruh rakyat kerajaan Yaqutah menyayanginya.
Suatu hari, saat bermain dengan teman-temannya, Princess Amira mendengar percakapan dua orang dayang istana.
“Aku mendengar kalau tadi malam kota Yusra terkena musibah angin topan,” cerita Dayang Husna.
“Ya benar, pengawal-pengawal istana yang baru pulang dari kota Yusra bercerita kepadaku. Raja dan Ratu Syahreza telah mengerahkan bantuan untuk menolong penduduk di sana,” Dayang Hanan membenarkan.
Princes Amira menceritakan apa yang didengarnya kepada kedua temannya, Nadira, dan Tiara.
”Yuk, kita tolong teman-teman di kota Yusra yang saat ini tertimpa musibah,” ajak Princess Amira.
“Tetapi kami tidak mempunyai uang untuk menolong mereka, Princess Amira.” Nadira berkata dengan lesu.
“Nadira, menolong itu tidak hanya dengan memberikan uang. Membuat orang lain tersenyum bahagia pun sudah menolong.”
“Bagaimana caranya Princess Amira?” tanya Tiara.
“Aku ada ide!” seru Princess Amira sambil menjentikkan jarinya. “Bagaimana kalau kita menghibur teman-teman di kota Yusra dengan cara mendongeng di atas panggung dongeng. Yang kita butuhkan hanyalah sebuah meja untuk meletakkan alat peraga dongeng. Aku akan minta bantuan kalian.”
“Apa yang dapat kami bantu, Princess Amira?” tanya Nadira kebingungan.
“Kita bagi tugas. Kita akan membuat alat peraga dongeng.”
“Alat peraga dongeng itu apa, Princess Amira?” Gantian Tiara yang kebingungan.
Princess Amira tersenyum. “Alat peraga dongeng itu adalah sesuatu yang kita gunakan sebagai media untuk membantu kita dalam mendongeng.”
“Ooo ...!” Nadira dan Tiara berseru serempak. Mereka saling berpandangan, dan akhirnya tertawa bersama.
“Nah, Nadira yang pintar menggambar bertugas menggambar tokoh-tokoh dongeng di atas karton. Setelah itu, Tiara akan menggunting mengikuti bentuknya. Bisa kan?”
“Bisa, Princess Amira,” jawab Nadira dan Tiara berbarengan.
“Baiklah. Aku akan mencari sumpit di dapur. Kita akan merekatkan sumpit tersebut ke tokoh dongeng sebagai pegangan. Tokoh-tokoh dongeng itu berbentuk seperti wayang, sehingga kunamai Wayang Dongeng,” jelas Princess Amira.
“Wah, baguuus ...!”
”Ayo segera kita mulai pekerjaan kita.”
“Siap, Princess Amira!”
Princess Amira, Nadira, dan Tiara, memilih beberapa cerita dongeng yang akan ditampilkan. Salah satu cerita yang mereka pilih berjudul Kelinci yang Dermawan. Ceritanya mengenai kebaikan hati seekor kelinci menolong seekor kucing yang tersesat di hutan.
Nadira menggambar tokoh Kelinci dan Kucing. Tiara mengguntingnya sesuai bentuk dan merekatkannya dengan sumpit yang telah disediakan Princess Amira.
Setelah selesai, Princess Amira menghadap orangtuanya. Raja dan Ratu Syahreza menyambut gembira rencana Princess Amira. Mereka berjanji akan datang untuk melihat pertunjukan Wayang Dongeng yang akan ditampilkan oleh Princess Amira dan kedua temannya.
Keesokan harinya, rombongan yang dipimpin Princess Amira datang ke kota Yusra. Di tengah tanah lapang yang luas, didirikan panggung sederhana. Seluruh penduduk kota Yusra berkumpul disana.
Princess Amira memulai pertunjukan Wayang Dongeng. Penonton terpesona melihatnya. Sesekali terdengar suara tawa yang membahana, apabila Princess Amira menceritakan cerita yang lucu.
Tidak terasa, pertunjukan Wayang Dongeng pun berakhir. Princess Amira membawa Nadira dan Tiara ke atas panggung. Penonton berdiri dan bertepuk tangan.
“Bagus sekali ceritanya. Hebat ...!” puji para penonton.
Raja, Ratu, dan penduduk kota Yusra merasa terhibur dengan pertunjukan Wayang Dongeng.
Princess Amira, Nadira, dan Tiara sangat senang. Mereka bisa berbuat sesuatu untuk menolong meringankan penderitaan penduduk Yusra. Mereka telah membuat penduduk kota Yusra tersenyum, bahkan tertawa bahagia.
***

Dimuat di KORAN BERANI, Selasa, 8 November 2011

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

0 komentar :

Posting Komentar